Selasa, 22 Desember 2015

Pemuda dan Sosialitas



Pemuda dan Sosialitas

Pemuda adalah seseorang yang berumur antara 15 sampai 30 tahun (UU Kepemudaan No.40 tahun 2009). Pada umur tersebut, dikategorikan sebagai umur produktif untuk melakukan berbagai aktivitas guna mencari pengalaman hidup dan menemukan jadi diri. Pemuda juga memiliki ciri yang khas, yaitu : berada pada kondisi prima, mempunyai semangat yang menggebu-gebu. Untuk itu pemuda dapat digolongkan sebagai kaum yang bisa membawa perubahan, untuk lingkungan sekitar maupun bangsa dan negara.

Berbicara tentang pemuda berarti membicarakan kurang lebih seperempat penduduk Indonesia. 27% dari populasi penduduk Indonesia adalah pemuda (Tribunnews 2014), dengan demikian pemuda termasuk elemen yang dipertimbangkan pengaruhnya untuk kemajuan bangsa.  Presiden Amerika, Barack Obama mengatakan “Jika ingin melihat suatu bangsa 20 sampai 30 tahun kedepannya maka lihatlah pemudanya hari ini”. Betapa tidak, nasib bangsa ke depannya tergantung pada pemuda-pemuda hariini karena mereka lah yang akan memimpin suatu negara dimasa akan datang.

Sejarah telah membuktikan perjuangan pemuda yang berhasil merebut kemerdekaan Indonesia. Semangat menggebu-gebu dari diri pemuda yang berhasil mendorong dan melihat peluang bahwa kemerdekan harus segera dilakukan, sehingga pada tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dengan golongan muda. Dengan demikian, dilangsungkannya proklamasi kemerdekaan keesokan harinya.

 Sosialitas
Menurut saya sosialitas berasal atau berkata dasar "sosial" yang artinya menghargai sesama manusia, saling membantu satu sama lain, dan bermasyarakat. Sedangkan sosialitas adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan cara membantu orang lain yang bisa berupa materi, tenaga, pikiran, dan doa. Untuk menciptakan suatu negara yang baik masyarakatnya harus bisa bersosialitas kepada sesama. Tidak hanya mementingkan diri sendiri, keluraga, dan golongannya tetapi juga harus memikirkan sesamanya atau orang lain. Biasanya orang-orang yang sudah mempunyai kedudukan atau jabatan yang tinggi, materi yang cukup bahkan sangat banyak, pintar dalam segala hal, bisa lupa dengan apa yang namanya bersosialitas dan bermasyarakat. Mereka hanya memikirkan diri sendiri dan golongannya saja, tanpa peduli dengan sesamanya yang diluar sana jauh lebih menderita. Kita bisa ambil contoh para pemerintah yang hanya mengumbar janji belaka tanpa ada bukti nyata. Mereka hanya mengobral janji semata disaat ingin mendapatkan kedudukan, mereka rela bersosialisme dan bermasyarakat hanya diawalnya saja, jika sudah terpilih apa yang dilakukan sudah dilupakan begitu saja, tnpa peduli lagi. Contoh lain bisa kita lihat para oknum polisi yang sekarang hanya mementingkan diri sendiri, tidak memikirkan rakyat kecil. Para oknum tidak bisa memberikan keadilan dengan baik. Orang yang seharusnya mendapatkan perlindungan dari para oknum malah di persulit. Kenapa pada saat yang serba sulit ini rasa sosialitsa dari orang-orang yang mempunyai kedudukan tidak lagi ada. Orang yang miskin semakin lebih miskin, orang yang tertindas semakin tertindas. Hal seperti ini kenapa masih saja ada di zaman yang serba moderen dan tekhnologi ini? Dimana rasa sosialitas dari para pemerintah, apa belum cukup para petinggi menindas rakyatnya, semakin membodohi rankyatnua? Mereka membutuhkan uluran tangan dari orang-orang yang mempunyai kedudukan, karena tanpa sosialisasi dari para petinggi(pemerintah) mereke hanya bisa merasakan keterpurukan, kebodohan, kemiskinan. Dimana janji para pemerintah yang ingin memberantas kebodohan, kemiskinan, dan pengangguran? Dalam realita malah kebodohan semakin menjadi-jadi, kemiskinan kian bertambah, tingkat pengangguran semakin meningkat. Hal-hal seperti ini tidak akan tejadi jika ada sosialitas dari para pemerintah. Mereka juga harus bisa mendidik para rakyat miskin untuk lebih giaat bekerja untung membrantas kemiskinan dan pengangguran. Program-program pelatihan, penyuluhan, motivasi untuk rakyat harus diadakan, karena tanpa itu masyarakat hanya bisa merasakan penderitaan. Peran dari pejabat desa juga berpengaruh untuk rakyatnya. Agar tak ada lagi kebodohan, kemiskinan, dan pengangguran
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar